Hmm.. Sekarang lagi happening sekali berbicara soal kontroversi film G 30 S-PKI, dimana-mana portal berita lagi heboh bahas soal itu. Setelah sekian tahun film ini berhenti di tayangkan karena satu dan lain hal, tampaknya tahun ini film tersebut akan kembali tayang.
Era tahun 65an, memang tahun-tahun yang sangat membekas di hati masyarakat Indonesia pada umumnya. Dan ternyata membekas juga buat para pecinta kuliner di tahun itu.
Karena ini Dapur Mama Badar, bukan Mama Badar News atau Sejenisnya, jadi gak akan membahas lebih dalam kisah-kisah politik ya, pemirsa 😊.
Yang pasti tahun 60an memang punya sejarah sendiri hingga saat ini. Nah, bicara tahun 60an, buat yang lahir di tahun 80-90an mungkin bisa tanya orang tua masing-masing, mengenai apa yang terjadi di jaman Revolusi itu.
Dan sisa-sisa era Revolusi yang masih bisa kita dengar dalam istilah kuliner Indonesia adalah "Ampera". Kata Ampera dalam ranah kuliner memiliki keterkaitan dengan istilah untuk rumah makan Padang dan rumah makan Sunda. Adakah hubungannya dengan istilah politik? Bisa ya, bisa tidak.
Rumah Makan Padang Ampera dan Restoran Padang
Meskipun sama-sama menyajikan menu makanan Padang, namun dua jenis rumah makan Padang ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Untuk yang tidak tinggal di kota Padang, misal di Bandung, kalau aku mau beli nasi Padang, kebanyakan datang ke penjual, pilih-pilih makanan di etalase, kemudian dibungkuskan atau makan di tempat, selesai. Dan jarang dikasih tahu, rumah makan yang kita kunjungi itu berjenis "Ampera".
Sedangkan kalau datang ke resto Padang yang cukup besar, yang ada pengunjung duduk dulu baru disodorkan sejumlah makanan Padang di piring-piring kecil, nanti tinggal bayar dan Kasih tahu menu mana saja makanan yang diambil. Dua cara ini lah yang mebedakan warung "Ampera" dan Restoran Padang. Dampaknya tentu pengaruh juga ke porsi dan harga.
Kata Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat) tentu saja sedikit banyak ada hubungannya sama politik, namun dari sudut pandang yang beda. Sesuai namanya "Penderitaan Rakyat" maka warung berkonsep "Ampera" memiliki porsi yang sangat merakyat, dan harganya juga lumayan lebih murah daripada Restoran Padang. Di mana semua lapisan dari mulai juragan sampe kernet angkutan bisa makan.
Nah kalau di Padang, biasanya beberapa warung makan ada yang sengaja emang menuliskan kata "Ampera" di kaca etalasenya. (Ini juga kata teman yang emang orang Padang.. Hehe)
Kalau di Jawa Barat, kata Ampera identik dengan warung makan yang menyajikan makanan khas Sunda. Kalau orang Padang yang baru pertama kali datang ke Bandung, bisa jadi salah paham ya.. 😁
Bicara RM Ampera Bandung yang masih ada kaitannya sama istilah "Ampera", ternyata setelah ditelusuri dari situr resmi RM Ampera (amperadalemkaum.com), bahwa rumah makan ini juga pertama didirikan di tahun 60an, yang tidak jauh dari pristiwa sejarah era 65-66an.
Walaupun di situsnya tidak dituliskan secara eksplisit, tapi aku sih menebak kata "Ampera" di sana gak akan jauh-jauh inspirasinya dari slogan "Ampera" di masa pergolakan itu, dan juga karena dulu sebelum RM Ampera menjadi restoran besar seperti sekarang ini, pernah menjadi rumah makan yang merakyat di salah satu terminal Bus di kota Bandung dan yang datang ke sana kebanyakan supir beserta kernet, maka kata "Amanat Penderitaan Rakyat" sangat pas sekali, untuk menegaskan bahwa makanan yang dijual sangat cocok untuk kantong rakyat.
Jadi sekarang sudah tahu ya perbedaan istilah Ampera-Restoran Padang dan RM Ampera, sekaligus menjawab pertanyaan aku selama ini, kenapa iklim politk sangat berpengaruh terhadap banyak aspek: perekonomian, keamanan, bahkan hingga ke urusan perut. Kadang ada yang emang nyambung, tapi juga banyak yang tampaknya gak nyambung sama sekali. Politik..oh..Politik.
Era tahun 65an, memang tahun-tahun yang sangat membekas di hati masyarakat Indonesia pada umumnya. Dan ternyata membekas juga buat para pecinta kuliner di tahun itu.
Karena ini Dapur Mama Badar, bukan Mama Badar News atau Sejenisnya, jadi gak akan membahas lebih dalam kisah-kisah politik ya, pemirsa 😊.
Yang pasti tahun 60an memang punya sejarah sendiri hingga saat ini. Nah, bicara tahun 60an, buat yang lahir di tahun 80-90an mungkin bisa tanya orang tua masing-masing, mengenai apa yang terjadi di jaman Revolusi itu.
Dan sisa-sisa era Revolusi yang masih bisa kita dengar dalam istilah kuliner Indonesia adalah "Ampera". Kata Ampera dalam ranah kuliner memiliki keterkaitan dengan istilah untuk rumah makan Padang dan rumah makan Sunda. Adakah hubungannya dengan istilah politik? Bisa ya, bisa tidak.
Rumah Makan Padang Ampera dan Restoran Padang
Meskipun sama-sama menyajikan menu makanan Padang, namun dua jenis rumah makan Padang ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Untuk yang tidak tinggal di kota Padang, misal di Bandung, kalau aku mau beli nasi Padang, kebanyakan datang ke penjual, pilih-pilih makanan di etalase, kemudian dibungkuskan atau makan di tempat, selesai. Dan jarang dikasih tahu, rumah makan yang kita kunjungi itu berjenis "Ampera".
![]() |
(gambar: lindamarta.com) |
![]() |
(gambar: pegipegi,com) |
Nah kalau di Padang, biasanya beberapa warung makan ada yang sengaja emang menuliskan kata "Ampera" di kaca etalasenya. (Ini juga kata teman yang emang orang Padang.. Hehe)
Kalau di Jawa Barat, kata Ampera identik dengan warung makan yang menyajikan makanan khas Sunda. Kalau orang Padang yang baru pertama kali datang ke Bandung, bisa jadi salah paham ya.. 😁
Bicara RM Ampera Bandung yang masih ada kaitannya sama istilah "Ampera", ternyata setelah ditelusuri dari situr resmi RM Ampera (amperadalemkaum.com), bahwa rumah makan ini juga pertama didirikan di tahun 60an, yang tidak jauh dari pristiwa sejarah era 65-66an.
Walaupun di situsnya tidak dituliskan secara eksplisit, tapi aku sih menebak kata "Ampera" di sana gak akan jauh-jauh inspirasinya dari slogan "Ampera" di masa pergolakan itu, dan juga karena dulu sebelum RM Ampera menjadi restoran besar seperti sekarang ini, pernah menjadi rumah makan yang merakyat di salah satu terminal Bus di kota Bandung dan yang datang ke sana kebanyakan supir beserta kernet, maka kata "Amanat Penderitaan Rakyat" sangat pas sekali, untuk menegaskan bahwa makanan yang dijual sangat cocok untuk kantong rakyat.
![]() |
(gambar: amperadalemkaum.com) |